Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan menjadi orang yang kaucintai.
Kembali kepada ucapan Imam Ali di atas, beliau mengajarkan untuk bersikap di tengah-tengah ketika mencintai maupun membenci. Boleh jadi kita mencintai seseorang namun suatu saat berbalik arah menjadi benci. Atau sebaliknya membenci seseorang yang suatu saat kita cintai. Manusia boleh bercita-cita, tapi tetap masa depan adalah sesuatu yang gaib dari pengetahuannya.
Marah Itu Tidak Mudah
Manusia memiliki sifat amarah yang seringkali dilambangkan dengan warna merah atau simbol api. Mengapa demikian? Mungkin karena sifat marah itu bisa membakar apa saja yang ada di sekitarnya. Memporakporandakan seluruh tatanan yang ada karena kemarahan.
Mengenang Akhlak Sang Nabi
Setiap kali membaca kisah Nabi Muhammad SAW, ada kerinduan yang memuncak akan sosok pribadi yang luar biasa. Beliau yang dikenal sebagai Al-Amin – orang yang sangat dipercaya – bahkan oleh musuh-musuhnya sekalipun. Tak pernah sedikitpun berlaku tidak adil atau berkhianat, senantiasa mengedepankan tindakan mulia kepada kawan maupun lawan.