Menjadi Manusia Efektif dan Produktif (Bagian 2)

Pada tulisan sebelumnya, saya telah membahas 3 kebiasaan pertama dalam 7 Habits of Highly Effective People. Steven Covey menyebut 3 kebiasaan pertama tersebut dengan “Private Victory”. Anda menjadi pribadi yang efektif jika berhasil memiliki tiga kebiasaan yaitu:

1. Be Proactive – Menjadi Manusia Proaktif

2. Begin With The End In Mind – Memulai Segala Sesuatu Dari Tujuan Akhirnya

3. Put First Things First – Dahulukan Yang Utama

Jika Anda belum sempat membacanya, silakan simak bagian pertama kebiasaan efektif tersebut.

Selanjutnya saya akan membahas 3 kebiasaan berikutnya yang disebut “Public Victory”. Anda akan menjadi pribadi yang efektif ketika berinteraksi dengan orang lain ketika Anda menang secara publik. Karena kita selalu memiliki ketergantungan dengan orang lain dan sebaliknya, maka tiga kebiasaan berikut merupakan interaksi antara kita dengan orang lain.

Sebelum membaca lebih detil, saksikan juga video ringkasan 7 Habits for Highly Effective People berikut ini:

Kebiasaan 4: Think Win-Win – Berpikir Menang-Menang

Setiap manusia punya kepentingan. Saya punya kepentingan, Anda juga punya. Hal yang sama juga terjadi pada setiap orang lainnya. Dalam berinteraksi dan mengambil tindakan, pikirkanlah kepentingan kedua belah pihak. Jika Anda dapat melakukannya, maka keputusan atau tindakan yang diambil akan dihormati oleh keduanya. Kedua belah pihak akan berkomitmen untuk menjalankannya dengan sungguh-sungguh karena kepentingannya ikut dipertimbangkan.

Seringkali kita tidak sadar ingin menang sendiri. Kita ingin melakukan sesuatu yang menguntungkan diri kita namun merugikan orang lain. Atau kalaupun tidak sampai merugikan orang lain, kita hanya memikirkan kepentingan kita dan tidak peduli apakah hal-hal yang menjadi perhatian orang lain ikut dipertimbangkan atau tidak. Tindakan di sini disebut dengan Win-Lose. Satu pihak menang namun pihak lainnya harus kalah.

Jika Anda sebagai seorang atasan di kantor atau instansi tempat bekerja, maka tak jarang kita menggunakan pendekatan Win-Lose:

Atasan : “Pokoknya saya mau kamu selesaikan laporan ini sore ini juga.”

“Saya kan sudah bilang tugas ini tidak bisa ditawar-tawar lagi, saya tidak mau mendengar alasan apapun.”

Karena Anda seorang bos, maka mau tak mau bawahan Anda akan tetap melaksanakan apa yang diperintahkan. Tapi bisa jadi dia melakukannya karena terpaksa. Pekerjaan dilakukan dengan hati yang mangkel sehingga hasilnya pun tidak maksimal.

Berbeda jika pendekatan Win-Win yang digunakan:

Atasan : “Saya butuh laporan ini besok pagi untuk dibahas bersama manager lainnya, karena itu saya butuh sore ini selesai agar bisa dipelajari dulu. Saya mengerti kamu ingin pulang lebih awal, namun saya berharap kamu bisa menyelesaikannya.

Bawahan : “Saya ingin membantu Bapak tapi saya ada janji untuk mengajak anak saya jalan-jalan sore ini. Sudah beberapa kali saya membatalkannya karena pekerjaan.”

Atasan : “Apakah kamu punya usulan bagaimana caranya agar besok saya siap dengan laporan yang matang?”

Bawahan : “Bagaimana kalau besok pagi saya datang lebih awal untuk menyelesaikannya. Setelah itu saya bisa mendiskusikannya dengan Bapak sebelum rapat dimulai. Dengan demikian saya tetap bisa memenuhi janji dengan anak saya.”

Atasan : “Oke kalau begitu. Meskipun saya berharap sore ini sudah ada hasilnya, namun jika kamu bisa menyelesaikan besok pagi saya kira tidak ada masalah. Masih ada setengah jam sebelum rapat dimulai. Dan kamu juga bisa menyenangkan anak-anak.”

Dengan cara ini, kedua belah pihak merasa senang, dihargai, serta kepentingan masing-masing bisa diakomodir tanpa harus mengganggu kepentingan pihak lainnya.

Memang tidak mudah untuk membiasakan cara berpikir Win-Win. Ini menuntut sikap empati terhadap situasi yang dihadapi orang lain. Berpikir Win-Win akan menjauhkan Anda dari cara bertindak egois yang hanya ingin kepentingan pribadi diutamakan.

Kebiasaan 5: Seek First To Understand, Then To Be Understood – Pahami Lebih Dulu Orang Lain, Agar Mereka Juga Bisa Memahami Anda

Orang bijak mengatakan, kita memiliki dua telinga dan satu mulut agar lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Keterampilan mendengarkan atau “listening” menjadi penting buat semua orang, terutama jika Anda seorang pemimpin. Mendengarkan yang sesungguhnya adalah kita menaruh perhatian atas apa yang disampaikan orang lain, berusaha memahaminya, dan berusaha melihat dari sudut pandangnya. Dengan demikian kita menjadi paham mengapa orang tersebut cenderung melakukan sesuatu dengan cara tertentu, atau mengapa dia lebih memilih melakukan sesuatu dan meninggalkan yang lainnya.

Kebiasaan kelima mengajarkan kepada kita untuk mendiagnosa permasalahan dengan baik sebelum memberi tindakan. Mirip seperti seorang dokter yang memeriksa pasiennya. Dia akan menanyakan keluhan apa saja yang dialami sang pasien, sejak kapan sakit tersebut dirasakan, obat apa yang sudah pernah diminum sebelumnya, dan seterusnya. Setelah sang dokter memahami dengan baik dan mendengarkan sungguh-sungguh seluruh informasi yang diperlukan, barulah dia mengeluarkan resep atau mengambil tindakan sesuai pengetahuan dan pengalaman medis yang dimiliki.

Kita sering berhadapan dengan kejadian dimana kita merasa orang lain tidak bisa dimengerti. Kita heran mengapa mereka melakukan sesuatu seperti itu. Padahal yang sebenarnya terjadi seringkali adalah kita tidak memahami tingkah laku mereka karena kita memang tidak mau mendengarkan dan memahami.

Hal seperti ini tak jarang terjadi dalam hubungan orangtua dengan anak maupun antara suami dengan istri. Orangtua tidak mengerti tingkah laku anaknya dan sebaliknya anak juga tidak mengerti kemauan orangtuanya. Suami tidak memahami keinginan istrinya dan istri juga bingung dengan jalan pikiran suaminya.

Dengan melatih kemampuan mendengar, Anda akan terlatih berempati dengan orang lain dan berusaha melihat persoalan dari sudut pandangnya. Dengan pemahaman tersebut, Anda bisa mengerti alasan di balik perilaku mereka dan pada akhirnya mereka pun bisa memahami Anda. Komunikasi akan jauh lebih mudah, lebih personal, dan saling memahami satu sama lain.

Kebiasaan 6: Sinergize – Melakukan Sinergi Dengan Orang Lain

Setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Itu sebabnya kita akan selalu saling membutuhkan. Kekurangan kita ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki orang lain dan sebaliknya apa yang menjadi kelebihan diri kita dapat dimanfaatkan untuk membantu orang lain. Inilah kerjasama harmonis di mana masing-masing pihak menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing dan memilih bersinergi, bukan berjalan sendiri-sendiri.

Sinergi juga berguna ketika kita memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain. Kita menghargai perbedaan pandangan tersebut dan berusaha melakukan sinergi sehingga saling memperkuat dan memperkokoh, bukan saling merusak atau menjauhkan. Tiap orang pasti melihat sesuatu secara khas dan berbeda dari orang lain. Ini sangat wajar karena kita dibesarkan dari latar belakang yang berbeda, menjalani kehidupan yang berbeda, memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Menghargai perbedaan yang ada dan melatih sinergi akan membuat kita lebih kuat dan orang lain lebih kuat pula. Masing-masing saling membantu untuk menutupi kekurangan yang ada pada orang lain dan memadukan kekuatan bersama untuk bergerak maju.

Itulah tiga kebiasaan dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga Anda menjadi pribadi yang menang secara publik. Anda efektif buat diri sendiri sekaligus mampu bersikap efektif dalam interaksi dengan orang lain.

Melatih keterampilan di atas dalam keseharian akan membuatnya menjadi kebiasaan atau habit untuk menjadi manusia efektif dan produktif.

Pada bagian ketiga, saya akan membahas kebiasaan terakhir yakni “Sharpen The Saw – Mengasah Gergaji Yang Anda Pakai agar senantiasa tajam dan mampu bekerja maksimal sesuai fungsinya.

Anda punya pengalaman dengan tiga kebiasaan di atas? Sampaikan komentar Anda untuk saling berbagi.

Jika Anda merasa artikel ini juga bermanfaat buat sahabat-sahabat Anda, jangan lupa untuk share di Facebook lewat tombol sharing di bawah.

10 thoughts on “Menjadi Manusia Efektif dan Produktif (Bagian 2)”

  1. Syarifuddin Sufri

    Terima kasih mas Noer, bulan lalu saya sempat ke Orchard Road. Semoga dari OR akan mengalir banjir tulisan dari mas Noer yang sarat akan nilai-nilai. Selamat menjalankan ibadah puasa mas Noer.

    1. Salam Pak Syarifuddin,

      Wah kalau tau bapak lagi di Orchard kita bisa ketemuan. Saya tinggal dan berkantor di daerah sana. Mungkin next time bisa ketemu.

  2. Bagian pertama dan bagian menjadi manusia efektif dan produktif telah menolong saya, terima kasih untuk artiket yg inspiratif. Di tunggu artikel berikutnya.
    Salam sukses Mas Noer.

  3. indra mardiyana

    trimakasih pak, saya banar2 terinspirasi dgn blog bapak. buku speed reading for begginer telah membantu penyusunan penelitian saya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top