8 Hal Yang Saya Pelajari Dalam Mengelola Karyawan Lintas Negara

worldmap

Waktu bergerak dengan cepat. Tanpa kita sadari, hari demi hari berlalu dan sebentar lagi kita pun akan memasuki tahun baru 2013.

Demikian pula dengan tugas yang saya lakukan. Tidak terasa sudah setahun saya menjalankan amanah sebagai Human Resource Manager untuk organisasi lintas negara.

Penugasan yang jauh berbeda dibandingkan peran lain yang pernah saya jalankan diantaranya sebagai Human Resource untuk manufacturing site.

Bekerja di perusahaan multinasional memang memberikan pengalaman yang berbeda. Saya pernah menuliskannya dalam sebuah artikel beberapa waktu lalu.

Dalam tulisan kali ini, saya ingin mengulas pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman mengelola talent lintas negara dalam sebuah organisasi global. Talent yang tersebar di seluruh benua mulai dari Shanghai, Singapore, Mumbai, London, Hamburg sampai New York.

Semoga sharing ini juga bermanfaat buat Anda.

1. Memahami Perbedaan Budaya

Pelajaran pertama yang saya dapatkan adalah memahami perbedaan budaya. Berinteraksi dengan orang dari berbagai negara membuka wawasan dan perspektif tentang budaya yang berbeda. Mulai dari cara berbicara, berdiskusi, mengambil keputusan, dan aktivitas keseharian. Saya harus mengelola karyawan yang berasal dari Inggris, Cina, Jepang, India, Pakistan, Australia dan berbagai negara lainnya.

Setiap orang dibesarkan di negaranya dan sedikit banyaknya membawa budaya yang melekat sesuai asalnya. Lewat interaksi seperti ini, Anda belajar untuk menghargai perbedaan pandangan atas suatu persoalan yang terkadang muncul karena perbedaan budaya dan kebiasaan. Anda juga belajar melihat persolan dari perspektif orang lain sehingga memperkaya wawasan.

 

2. Negosiator Lintas Negara

Sebagai HR untuk organisasi global saya banyak berinteraksi dengan rekan-rekan HR Manager lain yang bertanggung jawab untuk negaranya masing-masing. Tidak hanya sesama HR, saya pun berinteraksi dengan business leader dari berbagai negara maupun bisnis leader yang memimpin organisasi pada level global.

Untuk memastikan pengembangan talent yang maju dan organisasi yang berkembang, tak jarang saya harus menjadi fasilitator untuk perpindahan talent lintas negara. Misalkan negara A membutuhkan talent dengan skill khusus di mana mereka membutuhkannya dari negara lain. Maka saya akan melakukan diskusi dan negosiasi dengan negara lain untuk mendapatkan talent yang terbaik sekaligus ingin mengambil kesempatan berkarir di luar negara asalnya.

Dalam kasus yang lain saya akan menyarankan rekan-rekan HR Manager di negara setempat untuk berdiskusi dengan business leader mereka masing-masing agar bersedia mengirim talent-nya untuk sebuah penugasan untuk memberi wawasan bagi talent tersebut.

 

3. Strategic Influencing

Saya agak sulit menemukan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia untuk "Strategic Influencing". Apa yang saya maksudkan di sini adalah bagaimana mempengaruhi secara positif negara-negara lain untuk melakukan sesuatu yang akan membantu mereka.

Tantangannya adalah bagaimana agar mereka bisa melihat dan memahami apa yang ditawarkan itu memang akan bermanfaat buat mereka. Tidak sekedar menambah tugas baru. Di sinilah diperlukan keterampilan berkomunikasi secara strategis untuk menjelaskan, memberi contoh, termasuk menghubungkan antara orang yang satu dengan orang yang lain.

 

4. Manajemen Waktu Dengan Zona Waktu Yang Berbeda

Bekerja mengelola organisasi global berarti harus siap mengelola waktu dan bekerja dengan zona yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalkan saya harus berdiskusi dengan rekan di London yang memiliki perbedaan waktu 8 jam dengan Singapura. Maka biasanya diskusi baru bisa dimulai pukul 4 atau 5 sore waktu Singapura di mana itu adalah pagi hari di London.

Yang jauh lebih menantang lagi ketika harus berdiskusi dengan tim yang berbasis di New York. Maka ada rentang waktu 11 jam. Jika ingin membahas sesuatu harus dilakukan pagi hari sekali atau malam hari.

Ketika rekan saya di New York baru mulai bekerja jam 9 pagi, maka itu sudah jam 10 malam di tempat saya. Secara perlahan, saya mulai membiasakan diri dengan zona waktu yang berbeda-beda seperti ini termasuk jika harus mengadakan meeting virtual berbagai negara sekaligus.

 

5. Berinteraksi Dengan Senior Leader

Pelajaran lain adalah bagaimana berinteraksi dengan Senior Leader dalam organisasi. Jika sebelumnya sebagai HR di pabrik saya banyak berinteraksi dengan karyawan pada level non manajerial seperti operator, mekanik, dan rekan-rekan Serikat Pekerja, maka dalam peran yang baru ini jauh berbeda. Yang saya hadapi jumlahnya lebih sedikit tapi secara level memegang posisi yang penting baik di negaranya masing-masing maupun sebagai bagian dari organisasi global.

Satu hal yang saya pelajari adalah para Senior Leader tersebut juga membutuhkan masukan. Jadi kita jangan ragu untuk menyampaikan pendapat dan masukan yang akan membantu mereka memimpin dengan lebih efektif.

 

6. Proaktif dan Asertif

Berbeda dengan meeting-meeting di Indonesia, dalam organisasi global Anda harus bersikap proaktif dan asertif. Proaktif dalam arti berinisiatif untuk menyampaikan suatu gagasan dan memberikan usulan. Asertif dalam arti percaya diri dan sesekali tegas dalam memiliki pendapat ataupun pandangan yang Anda anggap benar.

Dalam sebuah organisasi besar, perbedaan pandangan adalah hal yang biasa. Anda berhak berbeda pendapat dengan tetap menghargai pendapat orang lain. Bersikap proaktif dan asertif sekaligus penting untuk menunjukkan bagaimana pandangan Anda terhadap sebuah persoalan.

 

7. Memahami Peraturan Ketenagakerjaan Lintas Negara

Saking seringnya saya memindahkan karyawan dari negara yang satu ke negara yang lain, maka saya pun belajar tentang ketenagakerjaan di negara yang berbeda-beda. Mulai dari kontrak kerja, aspek hukum, sampai urusan dana pensiun.

Ini dikarenakan saya akan selalu mendapat pertanyaan dari karyawan yang pindah tentang status mereka di negara lain.

 

8. Memahami Bagaimana Bisnis Dijalankan Di Berbagai Negara

Sebagai HR untuk organisasi global, selain tanggung jawab di bidang talent management, tugas utama saya lainnya adalah memastikan organisasi yang dinamis. Untuk itu saya bersama tim juga mempelajari bagaimana organisasi dan bisnis dijalankan di berbagai negara. Bagaimana struktur organisasi dirancang sekaligus memastikan hubungan yang erat antara organisasi lokal di sebuah negara dengan organisasi global yang memiliki fungsi mendukung organisasi lokal.

Itulah delapan pelajaran yang saya dapatkan setahun terakhir. Sebuah pengalaman yang sangat berharga buat diri saya pribadi. Saya sangat bersyukur bisa mendapat kesempatan dan pengalaman mengelola dari dekat organisasi global.

Semoga sharing ini juga bermanfaat buat Anda semua baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi.

 

PS.
Website Presentasi.net yang saya kelola pun berulang tahun yang pertama menjelang akhir tahun ini. Sebagai bentuk rasa terima kasih kepada seluruh pembaca, saya memberikan diskon 50% buat pembelian Slide Inspiratif – Slide Presentasi Kelas Dunia yang bisa Anda dapatkan di sini.

9 thoughts on “8 Hal Yang Saya Pelajari Dalam Mengelola Karyawan Lintas Negara”

  1. menarik sekali..apalagi kalo diberikan sedikit tentang ulasan karakter pekerja masing-masing negara dengan sedikit contoh kasus.kebaikannya bisa kita ambil untuk meningkatkan performance pekerja indonesia di perusahaan lintas negara..

  2. Tidak mudah juga bekerja sama dengan orang2 yang berbeda negara, saya sendiri belum pernah mengalaminya
    pengalamannya sangat berharga, terima kasih telah berbagi

  3. Terima kasih atas komentar dan masukannya.

    Terkait perbedaan budaya, berinteraksi dengan orang dari berbagai negara kita akan bisa mulai memahami budaya dan kebiasaan mereka.
    Namun harus hati-hati, ini tidak bisa digeneralisir tentunya, namun cukup membantu untuk mengenali kebiasaan dasar.
    Misal: Orang Indonesia di manapun berada cenderung ramah, baik dan lembut. Ini diakui oleh semua negara yang lain. Orang-orang dari negara Eropa tertentu sangat “direct” dan “to the point”. Ini menjadi tipikal dasar yang menjadikan mereka merasa bagian dari negara tersebut. Sementara negara Eropa lainnya bisa lebih soft.

    Mirip kalau kita di Indonesia berinteraksi dengan orang Jawa, Batak, atau Madura tentu punya karakter yang berbeda. Semakin kita memahami, maka kita akan semakin mudah sekaligus efektif dalam berinteraksi dengan mereka karena tahu cara pandangnya dan mengapa mereka menampikan perilaku tertentu.

  4. keren ya. luar biasa. pengalaman yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.
    trima kasih inspirasinya.

    pak nur boleh tanya ya. talent2 di bidang apa yang biasanya digarap oleh tim?
    ada pemikiran gak untuk memberi inspirasi penangan masalah2 TKW yang sampai sekarang semakin menggunung problemnya?

  5. Assalamu’alaikum ww, Mas Nor. Saya ucapkan salut dan hormat pada Anda atas ide bagus selama ini, dan saya termasu orang yang tinggal adop ide dari Panjenengan. Terima kasih, ya! Allah sendiri yang membalas.
    Arief MW-Solo.

Leave a Reply to Muhammad Noer Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *